Modernisasi Pendidikan Pesantren Perspektif Azyumardi Azra
Abstract
Tulisan ini bermaksud untuk meneliti dan memetakan pemikiran Azyumardi Azra tentang pendidikan Islam, namun memfokuskan kajian pada lembaga pendidikan Islam informal, pesantren. Dalam pandangan Azra, pesantren sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan pendidikan nasional telah diakui perannya sebagai agen perubahan sosial. Karenanya, ia dituntut untuk terus memainkan perannya secara proaktif dan dinamis. Kehadirannya diharapkan terus menjadi cahaya pencerah, membawa perubahan, sekaligus memberi kontribusi berarti bagi perbaikan kehidupan seluruh umat manusia pada umumnya dan umat Islam khususnya. Namun,seiring dengan perkembangan zaman, lebih-lebih di era globalisasi seperti sekarang ini, pesantren kini menghadapi masalah-masalah (akibat dampak globalisasi) yang tidak kunjung selesai bahkan hingga membenang kusut. Akibatnya, pesantren kini dipandang oleh banyak kalangan (baik dari pengelola pendidikan Islam itu sendiri maupun masyarakat luas) sebagai pendidikan kelas dua (second class).
Karena itu, agar pesantren mampu terus memainkan perannya dengan baik, yakni menjadi produsen yang menghasilkan manusia-manusia yang berilmu, berteknologi, berketerampilan tinggi, dan sekaligus beriman dan beramal saleh, ia harus dimodernisasi secara serius sesuai dengan kerangka modernitas. Sebab, mempertahankan pemikiran kelembagaan Islam “tradisional” hanya akan memperpanjang nestapa ketidakberdayaan kaum muslim dalam berhadapan dengan kemajuan dunia modern.
This paper intends to examine the Azyumardi Azra thinking about Islamic education and focuses on informal Islamic education institutions, boarding school (Pesantren). In view of Azra, boarding schools as an integral part of national education has been recognized its role as agents of social change. Therefore, they are required to continue their role in a proactive and dynamic way. Theirpresence is expected to bring about change, as well as provide significant contributions to improve the people lives in general and Muslims in particular. However, along with the times, especially in globalization era, boarding schools are facing problems due to the impact of globalization,whichis not finished even to the fibrous tangles. As a result, boarding schools are now regarded by many people(both of the Islamic education manager and the broader community) as a second class education.Therefore, in order to continue its role, i.e. to producehuman beings who have knowledge, technology, highly skilled, devout and do good behave, they must be seriously modernized in accordance with the framework of modernity. In case of maintaining the Islamic "traditional" institutional thinking will only prolong the agony of Muslim helplessness in dealing with the development of modern world.
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.18326/mdr.v8i1.145-172
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2016 Muhammad Heriyudanta
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga, Indonesia
Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Pulutan, Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50716,
Telp. (0298) 323706 – Fax. (0298) 323433
Technical Support: jurnalmudarrisa@iainsalatiga.ac.id
P-ISSN: 2085-2061
E-ISSN: 2541-3457